Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di wilayah Riau daratan bagian utara masih menyelimuti udara Kota Pekanbaru, Riau. Sementara upaya pemadaman terus dilakukan dan luasan areal yang terbakar berhasil diperkecil.
Kabut asap cukup pekat terlihat menyelimuti Kota Pekanbaru hingga siang, Kamis (21/10). Terik matahari baru terasa menyegat saat siang hari. Suhu udara terdeteksi melalui papan Indeks Standar Pencemaran Udara tertulis udara kurang sehat bagi kesehatan. Kabut asap tersebut diperkirakan akibat kebakaran hutan dan lahan yang masih berlangsung di Kabupaten Rokan Hilir dan Bengkalis, Riau.
"Udara terasa sesak dan membuat mata perih. Selalu saja begini saat musim kemarau," kata Mendra, seorang warga Kota Pekanbaru.
Meski demikian, kabut asap belum menganggu aktivitas penerbangan di Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru. Kedatangan dan keberangkatan pesawat masih berjalan normal. Kabut asap pada Selasa (19/10) juga sempat menyelimuti Kota Pekanbaru.
Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Pemerintah Provinsi Riau Fadrizal Labay mengatakan luasan areal yang terbakar di Desa Tanjung Leban dan Sepahat di Kabupaten Bengkalis sudah mulai bisa dipersempit. Regu pemadam kebakaran dari Manggala Agni Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau serta 80 tenaga pemadam kebakaran dari Sinarmas Forestry masih berjabaku melakukan upaya pemadaman.
"Langkah pertama mempersempit luasan yang terbakar. Selain itu kita juga meminta bantuan perusahaan swasta turut proaktif membantu pemadaman melalui water boom," katanya.
Data dari BLH Riau, jumlah titik api masih terdeteksi sebanyak 37 titik berada di sejumlah daerah di Riau. Jumlah tersebut tersebar di beberapa daerah, seperti Kab. Bengkalis (7 titik), Kota Dumai (15 titik), Kab. Rokan Hilir (10 titik), Kab. Rokan Hulu (4 titik), dan Kab. Siak (1 titik). Sedangkan jumlah titik api terdeteksi di Pulau Sumatra adalah 61 titik yang tersebar di Jambi dan Sumatra Utara.
Sementara itu, juru bicara Sinarmas Forestry, Nurul Huda, menjelaskan luasan kebakaran hutan yang terjadi di Desa Sepahat dan Tanjung Leban, Kecamatan Bukit Batu, Bengkalis berhasil ditekan. Lokasi kebakaran yang sebelumnya hanya berjarak sekitar 100 meter dari lahan Hutan Tanaman Industri milik Sinarmas Forestry mulai berhasil dipadamkan.
"Saat ini titik bakar berjarak cukup jauh, yakni sekitar 1.500 meter dari areal HTI. Mudah-mudahan kita bisa memadamkan hingga tuntas," katanya saat dihubungi Media Indonesia, Kamis (21/10).
Selain membantu pemadaman melalui jalur darat, pihak Sinarmas Forestry setiap hari mengguyur areal terbakar dengan menggunakan helikopter. Upaya pemadaman dengan water boom setidaknya dilakukan hingga 25 kali setiap hari.
Sedangkan Bupati Bengkalis Herliyan Saleh melalui pesan singkatnya mengatakan harus ada rencana aksi jangka menengah dan panjang dalam menata kelola lahan gambut dan efek jera kepada pelaku pembakaran hutan. "Setiap tahun areal yang terbakar pasti lahan bergambut. Seharusnya sudah bisa diantisipasi," katanya.(MI/*)
Kabut asap cukup pekat terlihat menyelimuti Kota Pekanbaru hingga siang, Kamis (21/10). Terik matahari baru terasa menyegat saat siang hari. Suhu udara terdeteksi melalui papan Indeks Standar Pencemaran Udara tertulis udara kurang sehat bagi kesehatan. Kabut asap tersebut diperkirakan akibat kebakaran hutan dan lahan yang masih berlangsung di Kabupaten Rokan Hilir dan Bengkalis, Riau.
"Udara terasa sesak dan membuat mata perih. Selalu saja begini saat musim kemarau," kata Mendra, seorang warga Kota Pekanbaru.
Meski demikian, kabut asap belum menganggu aktivitas penerbangan di Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru. Kedatangan dan keberangkatan pesawat masih berjalan normal. Kabut asap pada Selasa (19/10) juga sempat menyelimuti Kota Pekanbaru.
Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Pemerintah Provinsi Riau Fadrizal Labay mengatakan luasan areal yang terbakar di Desa Tanjung Leban dan Sepahat di Kabupaten Bengkalis sudah mulai bisa dipersempit. Regu pemadam kebakaran dari Manggala Agni Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau serta 80 tenaga pemadam kebakaran dari Sinarmas Forestry masih berjabaku melakukan upaya pemadaman.
"Langkah pertama mempersempit luasan yang terbakar. Selain itu kita juga meminta bantuan perusahaan swasta turut proaktif membantu pemadaman melalui water boom," katanya.
Data dari BLH Riau, jumlah titik api masih terdeteksi sebanyak 37 titik berada di sejumlah daerah di Riau. Jumlah tersebut tersebar di beberapa daerah, seperti Kab. Bengkalis (7 titik), Kota Dumai (15 titik), Kab. Rokan Hilir (10 titik), Kab. Rokan Hulu (4 titik), dan Kab. Siak (1 titik). Sedangkan jumlah titik api terdeteksi di Pulau Sumatra adalah 61 titik yang tersebar di Jambi dan Sumatra Utara.
Sementara itu, juru bicara Sinarmas Forestry, Nurul Huda, menjelaskan luasan kebakaran hutan yang terjadi di Desa Sepahat dan Tanjung Leban, Kecamatan Bukit Batu, Bengkalis berhasil ditekan. Lokasi kebakaran yang sebelumnya hanya berjarak sekitar 100 meter dari lahan Hutan Tanaman Industri milik Sinarmas Forestry mulai berhasil dipadamkan.
"Saat ini titik bakar berjarak cukup jauh, yakni sekitar 1.500 meter dari areal HTI. Mudah-mudahan kita bisa memadamkan hingga tuntas," katanya saat dihubungi Media Indonesia, Kamis (21/10).
Selain membantu pemadaman melalui jalur darat, pihak Sinarmas Forestry setiap hari mengguyur areal terbakar dengan menggunakan helikopter. Upaya pemadaman dengan water boom setidaknya dilakukan hingga 25 kali setiap hari.
Sedangkan Bupati Bengkalis Herliyan Saleh melalui pesan singkatnya mengatakan harus ada rencana aksi jangka menengah dan panjang dalam menata kelola lahan gambut dan efek jera kepada pelaku pembakaran hutan. "Setiap tahun areal yang terbakar pasti lahan bergambut. Seharusnya sudah bisa diantisipasi," katanya.(MI/*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar