Upaya penanggulangan HIV/AIDS selama lima tahun lebih tidak menurunkan angka penderita penyakit itu di Kota Solo, Jawa Tengah, Kamis (21/10). Tetap tingginya angka penderita karena metode sosialisasi diduga kurang pas.
Berdasarkan catatan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Solo, sejak Oktober 2005 hingga September 2010 jumlah penderita penyakit yang belum ditemukan obatnya itu mencapai 447 orang. Rinciannya, 187 orang HIV dan 260 orang positf AIDS. Dari jumlah tersebut, 130 orang di antaranya meninggal dunia.
"Kalau melihat dari jumlah penderita yang semakin tinggi, tentu ada yang salah. Boleh jadi metode sosialisasi yang dipakai selama ini kurang tepat," kata Ketua KPA Kota Solo Boeddy Soeharto disela-sela pertemuan dan diskusi terkait dukungan media massa terhadap program
pencegahan HIV/AIDS di Solo.
Dengan kata lain, lanjut Boeddy, sudah saatnya dirumuskan sebuah metode baru agar penyebaran penyakit itu tidak terus meluas dan menelan korban yang semakin banyak. Terlebih kini penyakit tersebut telah mulai pula berjangkit di kalangan kelompok risiko rendah, antara lain ibu rumah tangga dan anak-anak.
Selain metode yang kurang tepat, ujarnya, persoalan lain yang perlu dicari jalan keluar secepatnya adalah masalah pendanaan. Sebab, anggaran yang ada saat ini terbilang masih minim dibandingkan dengan kegiatan penanggulangan yang harus dilakukan.
Tahun ini KPA Kota Solo hanya mendapatkan alokasi dana Rp75 juta. Padahal, anggaran yang dibutuhkan untuk kegiatan dan operasional selama ini setiap tahunnya lebih dari Rp100 juta. "Dengan dana sebesar itu, tidak banyak yang bisa dilakukan," kata Boeddy.
Berdasarkan catatan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Solo, sejak Oktober 2005 hingga September 2010 jumlah penderita penyakit yang belum ditemukan obatnya itu mencapai 447 orang. Rinciannya, 187 orang HIV dan 260 orang positf AIDS. Dari jumlah tersebut, 130 orang di antaranya meninggal dunia.
"Kalau melihat dari jumlah penderita yang semakin tinggi, tentu ada yang salah. Boleh jadi metode sosialisasi yang dipakai selama ini kurang tepat," kata Ketua KPA Kota Solo Boeddy Soeharto disela-sela pertemuan dan diskusi terkait dukungan media massa terhadap program
pencegahan HIV/AIDS di Solo.
Dengan kata lain, lanjut Boeddy, sudah saatnya dirumuskan sebuah metode baru agar penyebaran penyakit itu tidak terus meluas dan menelan korban yang semakin banyak. Terlebih kini penyakit tersebut telah mulai pula berjangkit di kalangan kelompok risiko rendah, antara lain ibu rumah tangga dan anak-anak.
Selain metode yang kurang tepat, ujarnya, persoalan lain yang perlu dicari jalan keluar secepatnya adalah masalah pendanaan. Sebab, anggaran yang ada saat ini terbilang masih minim dibandingkan dengan kegiatan penanggulangan yang harus dilakukan.
Tahun ini KPA Kota Solo hanya mendapatkan alokasi dana Rp75 juta. Padahal, anggaran yang dibutuhkan untuk kegiatan dan operasional selama ini setiap tahunnya lebih dari Rp100 juta. "Dengan dana sebesar itu, tidak banyak yang bisa dilakukan," kata Boeddy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar